Pangalengan
mempunyai berjuta cerita dan sejarah. Bukan saja kesejukan udara dan keindahan alamnya yang selalu memikat hati setiap pengunjung
yang menyambangi daerah dingin di Bandung selatan ini. Ada sejarah besar
disini. Salah satunya adalah Makam Bosscha yang berada ditengah
rindangnya pepohonan di kawasan perkebunan teh Malabar. Hingga saat ini makam Bosscha
masih terawat baik. Makam ini cukup megah pusaranya ditutup dengan kubah
berasrsitektur Eropa. Dan dipinggirnya dikelilingi dengan pagar besi. Didepan
pintu makam ini terdapat prasasti bertuliskan tanda jasa dan penghargaan yang
diterima Bosscha.
Bosscha atau nama
lengkapnya Karel Albert Rudolf Bosscha lahir pada tahun 1865 di Belanda, dan
wafat pada tanggal 26 November 1928 di Malabar, Bandung, Jawa Barat. Datangke
indonesia sekitar tahun 1887 dengan mengembangkan perkebunan teh Malabar dan
Makam Pangalengan. Bosscha juga merupakan seorang pemerhati astronomi.
Peninggalannya yang paling terkenal adalah Observatorium Bosscha di Lembang,
Jawa Barat. Pada tahun 1923 Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana
pembangunan observatorium. Observatorium Boscscha merupakan tempat peneropongan
bintang terbesar se-Asia Tenggara, dan merupakan satu dari tiga observatorium
yang terdapat dibelahan bumi selatan.
Bah Ohim, Adalah
penjaga makam Bosscha.Menurut Kakek berusia 79 tahun ini, dahulu Bosscha
dikenal sebagi juragan Belanda yang dermawan. Beberapa peninggalannya hingga
kini bermanfaat bagi masysrakat umum. Diantaranya Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung dan Rumah sakit mata Cicendo. Sejumlah gedung bersejarah lainnya juga
merupakan sumbangsih Bosscha. Diantaranya Technice Hogeschool, yang saat ini
dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung. Juga sciete concordia yang kini
dikenal dengan nama Gedung Merdeka, terletak di Jalan Asia Afrika Bandung. Pada
tahun 1921 merupakan gedung pertemuan yang paling lengkap dan mewah. Dulu
gedung Merdeka difungsikan sebagai tempat pertemuan orang Belanda, tempat
rekreasi sekaligus hotel.
Selama hidupnya
Bosscha tidak menikah, karena kecintaannya pada perkebunan teh Malabar, dia
meminta jasadnya dimakamkan diantara pepohonan teh Malabar, Pangalengan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar